Dilansir merdeka.com, Jumat (18/09/2015) rumah sepatu tersebut memiliki panjang sekitar 9 meter dan memiliki tiga lantai. Di tiap lantai diberi jendela, bahkan di lantai III ada balkon kecil dengan teralis pengaman. Letaknya pun cukup strategis sehingga mampu menarik perhatian banyak orang, yakni di tengah sebuah lahan di pinggir jalan.
Jusuf, sang pemilik rumah bukannya tak mendapatkan halangan ketika membangun rumah uniknya ini. Menurutnya, banyak orang yang menganggapnya gila karena bangunan itu. Namun, ia tak peduli dengan perkataan orang-orang.
“Banyak yang bilang aku gila membangun rumah ini. Tapi aku tidak peduli. Banyak tokoh yang awalnya dinilai gila, tapi mereka berhasil,” ucapnya.
Rumah tersebut diberi nomor 13, angka kesukaan Jusuf. Pria tua itu mengatakan nomor tersebut sangat bermakna baginya, seperti hari pernikahannya digelar pada tanggal 13. Bangunan rumah tersebut juga bertinggi 13 meter dengan mulai dikerjakan pada tanggal 13 juga.
Selain ejekan dari orang-orang, Jusuf juga menuturkan masalah lain yang dihadapi demi mewujudkan impiannya membuat sebuah rumah sepatu ini. Terkadang dia kehabisan dana sehingga harus kembali ke Belanda untuk mengumpulkan uang. “Aku jadi turis guide di sana, uangnya halal,” ucapnya.
Sebelumnya, Jusuf pernah lama tinggal di Belanda, tepatnya di kota Hoofddorf. Di negeri Kincir Angin tersebut, ia bekerja sebagai kulit kargo maskapai KLM di Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda.
Jusuf menambahkan jika rumah sepatu ini sudah menjadi impiannya sejak dahulu. Awalnya, ia melihat gambar rumah sepatu di India dari sebuah majalah. Saat melakoni perjalanan mengelilingi dunia dengan sepeda, ia akhirnya bisa melihat rumah tersebut secara langsung di India.
“Setelah tak jadi pebalap sepeda Sumut, aku berkeliling dunia dengan sepeda. Aku melihat langsung rumah itu kalau tak salah di Mumbai,” kata Jusuf.
Sejak mulai dibangun, rumah tersebut sudah memakan biaya sekitar Rp 600 juta. Meski sudah mengeluarkan banyak uang, namun Jusuf masih merasa ada banyak kekurangan pada rumahnya tersebut.
Menurut pekerja yang ikut membangunnya, banyak kesulitan yang dihadapi. “Sulitnya ya membuat malnya. Banyak bagian yang melengkung. Untungnya saya pernah membangun kubah masjid yang dicor,” ucap Haryono, tukang yang dipercaya Jusuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar